Jumat, 18 April 2014

Khazanah Islam Nusantara di Sasak Lombok

Oleh Fathoni Ahmad

Orang Nusantara sejak dahulu dikenal sebagai orang-orang yang permisif dan terbuka terhadap kepercayaan atau keyakinan baru seperti halnya Islam yang datang ke wilayahnya. Tentu mereka sendiri mempunyai budaya dan tradisi sebelum tersendiri yang mengakar jauh sebelum agama monoteisme seperti Islam, dan lain-lain masuk.


Sikap permisif inilah yang memunculkan percampuran antara budaya lokal asli dengan budaya Islam pada umumnya sehingga mewujudkan apa yang disebut sinkretisme. Isme ini menurut Dr. Sutiyono (2010) merupakan percampuran antara dua tradisi atau lebih, dan terjadi lantaran masyarakat mengadopsi suatu kepercayaan baru dan berusaha untuk tidak terjadi benturan dengan gagasan dan praktik budaya lama.

Seperti halnya Islam di wilayah Kampung Sasak yang tinggal di Bayan daerah Lombok, NTB. Islam di sana seperti dalam bukunya Erni Budiwanti ini ialah Islam Wetu Telu dan Waktu Lima yang selama ini terjadi friksi. Wetu Telu adalah orang sasak yang meskipun mengaku sebagai Muslim, namun masih sangat percaya terhadap ketuhanan animistic leluhur (ancestral animistic deities) maupun benda-benda antropomorfis (anthropomorphized inanimate objects). Menurut Budiwanti dalam hal ini mereka adalah panteis. Sebaliknya, Islam Waktu Lima adalah orang Muslim Sasak yang mengikuti ajaran Syari’ah secara lebih keras sebagaimana yang diajarkan oleh al-Quran dan Hadis.

Jika mengikuti pandangan Geertz (1960), agama Wetu Telu lebih mirip dengan islam abangan yang sinkretik, walaupun Waktu Lima juga tidaklah seperti bentuk Islam santri.
Ada empat poin penting yang diungkapkan oleh Erni Budiwanti dalam buku ini: pertama, buku ini bertujuan untuk menggambarkan watak Islam parochial di Lombok dan bagaimana

pembagian-pembagian social-keagamaan di kalangan orang Sasak yang terjadi dan berkembang sepanjang waktu. Budiwanti juga menguraikan symbol-simbol dan sifat-sifat utama yang memisahkan dua kelompok Sasak tersebut.

Kedua, buku ini memberikan suatu catatan mengenai perkembangan misi dakwah, khususnya yang dilakukan di Bayan, dan pengaruhnya terhadap struktur komunitas tersebut.

Ketiga, penelitian dalam buku ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran Negara berkaitan dengan pelestarian budaya Wetu Telu di satu sisi, dan promosi kegiatan-kegiatan dakwah Waktu Lima ke daerah Wetu Telu di sisi lain. 

Keempat, studi ini juga bertujuan untuk menganalisis karakteristik konflik sosia yang melibatkan para pemimpin (tradisional) asli dan para da’i.

Dalam buku ini juga mengemukakan penelitian sosiologis ilmuwan Barat abad ke-20, seperti Van Eerde dan Bousquet, menunjukkan bahwa di kalangan masyarakat Sasak terdapat tiga kelompok keagamaan; Sasak Boda, Waktu Lima dan Wetu Telu. Sasak Boda disebut-sebut sebagai agama asli masyarakat Lombok. Kendati dari penyebutannya mirip dengan kata Budha, mereka bukanlah penganut Budhisme, karena mereka tidak mengakui Sidharta Gautama sebagai figur utama pemujaannya maupun terhadap ajaran pencerahannya.  Menurut Erni Budiwanti, agama Boda ditandai oleh animisme  dan panteisme . Pemujaan dan penyembahan roh-roh leluhur dari berbagai dewa lokal lainnya merupakan fokus utama dari praktek Sasak Boda.

Selain itu, penganut Wetu Telu dalam buku ini juga dijelaskan mengadakan ritual-ritual yang terkait dengan keyakinannya kepada Allah swt. Ritual-ritual [upacara] yang terkait dengan kehidupan dinamakan gawe urip, yang mencakup seluruh tahapan hidup manusia semenjak dilahirkan hingga menikah. Kemudian warna Islam memang ada dalam kepercayaan Wetu Telu. Warna Islam juga ditemukan dalam ritual-ritual yang berkaitan dengan hari besar Islam, seperti : Rowah Wulan dan Sampet Jum’at, Maleman Qunut dan Maleman Likuran, Maleman Pitrah dan Lebaran Tinggi, Lebaran Topat, Lebaran Pendek, Selametan Bubur Puteq dan Bubur Abang, dan Maulud.

Judul   : Islam Sasak: Wetu Telu versus Waktu Lima
Penulis: Dr. Erni Budiwanti
Penerbit: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2000
ISBN   : 979-8966-51-1
Tebal   : 387 halaman
Peresensi: Fathoni
  

 Jakarta, 17 Desember 2013


Klik Disini Untuk Membuka EmoticonTutup Lagi