Seperti
kamu, saya juga pusing memikirkannya. Mungkin kita hanya bisa memahami, bahwa
ketiga kata dari judul di atas hanyalah kata yang berbeda huruf, yakni huruf
pertama dan ketiga. Tetapi bagi salah satu suku di Indonesia yang terletak di
Jawa bagian barat, tentu ketiga kata tersebut tidak akan mengalami perubahan
dalam pengucapannya. Bagi mereka, cukuplah ketiga kata tersebut diketahuinya
dari fungsinya secara utilitas sebagai sebuah wadah. Kata wadah ini yang akan
saya gunakan sebagai variabel tunggal dalam tulisan ini.
Ya,
wadah. Saya cukup tertarik dengan seperti selongsong yang bernama Pipa. Benda
yang memiliki diameter beragam, berbentuk lonjong, dan terbuat dari salah satu
bahan kimia ini, PVC, sering saya jumpai, apalagi di Jakarta yang tanahnya
penuh dengan banyak pipa. Untuk yang satu ini, saya tidak pernah menjumpainya,
karena terlindung dibawah tanah.
Pipa
juga tak saya pahami dalam iklan Wavin. Dulu, saya pikir ini iklan apa? Kok
slogannya ‘air mengalir sampai jauh’. Maklum bro, dulu iklan itu tak
menampakkan batang pipanya. Tetapi belakangan menampakkan diri hingga ‘seorang’
Wavin pun jelas dibenak saya. Jangan heran Man, itu iklan yang saya saksikan
ketika zaman SD.
Pipa
juga saya sikapi dengan heran ketika diri ini melakukan ‘Kemping’ (tulis kata
ini sesuai yang kamu tahu aja) di daerah Pengebonan, dataran yang cukup tinggi
di daerah Kecamatan Banjaharjo Kabupaten Brebes. Ketika itu sedang melaksanakan
pelantikan Pramuka tingkat Bantara, saya salah satu pesertanya. Peristiwa di
tahun 2005 itu mengingatkan saya tentang benda bulet-lonjong ini sebagai media
bagi warga untuk menyalurkan air dari sumbernya ke rumahnya masing-masing.
Momen
tersebut saya lihat ketika ‘mencari jejak’ di tiap tebing yang saya lewati. Tak
hanya bermeter-meter ukurannya, tetapi juga bisa sampai kiloan meter panjangnya
dan bertumpuk-tumpuk, saking banyaknya. Betapa luar biasa perjuangan penduduk.
Tetapi saya pikir, enak juga ya, karena nggak perlu listrik untuk
mengalirkannya, airnya pun bersih, dan tak akan mengalami gangguna aliran air.
Karena sumber mata air tidak akan berhenti mengalirkannya. Berkah adanya alat
yang bernama Pipa dalam mewadahi aliran air serta menjaga aliran air agar
sampai pada tujuan dengan tetap bersih dan jernih.
Lain
Pipa, lain halnya dengan Viva. Tahukah Viva di sini yang saya maksud? Betul,
bukan perusahaan milik Grup Bakrie yang begerak dalam bidang media seperti yang
kamu pikirkan. Iya kan? Mungkin kalian tahu judul lagu Viva Forever yang dibawakan grup band asal Inggris, Spice
Girls. Salah satu personilnya Victoria Adam, istri mega bintang sepak bola
Inggris, David Beckham.
Grup
yang seluruhnya digawangi kaum hawa ini membawakan lagu tersebut dengan luar
biasa syahdu. Apalagi dengan intro gitar yang bikin senarnya bergetar. Ya iyalah,
kan dipetik. Bukan itu maksud saya, dengan petikan nada yang bernuansa
kemantapan, pendengar dibawa pada syair-syair lagu yang membuat jiwa serasa
tergugah kembali. Ya elah...susah amat mau ngucapin kata ‘semangat’.
Ya, kata
Viva pertama kali saya temukan dalam lagu gubahan Spice Girls tersebut pada
tahun 2008 silam. Ketika itu memang saya masih acuh dengan kata tersebut dengan
tidak berusaha mencari artinya. Lama-lama, saya punya ‘tanggung jawab moral’
untuk mencari arti dari kata ini karena saya sudah ‘terbius’ denga lagu ini.
Jangan su’udzon bro, bukan karena yang nyanyiin rombongan Spice Girls, tetapi
karena lagunya menggugah selera.
Semula
saya hanya menerka, bahwa kata Viva berarti hidup. Maksud saya kata hidup yang
sering diteriakkan oleh segerombolan orang dengan maksud mendukung seseorang. Ternyata,
saya nggak salah! Memang yang Spice Girls maksudkan seperti itu. Setelah saya
telusuri, contohnya saja dalam bahasa Spanyol, Viva La Vida yang kalau
diterjemahkan dalam bahasa Inggris Long Live Life. Mungkin berbeda namun
maksudnya sama jika diterjemahkan ke dalam bahasa tercinta kita. Bahasa Spanyol
tersebut berarti ‘Jayalah Kehidupan’, sedangkan arti dalam bahasa Inggris
tersebut ‘Hiduplah Kehidupan’. Sama bukan? Anggap saja sama.
Jika
kita tarik ke dalam maksud penulisan artikel ini, kata Viva sarat dengan makna,
hidup harus mewadahi kehidupan. Tentu hidup akan manjadi baik jika kehidupan
yang kita miliki diisi dengan hal-hal baik. Begitulah tafsir sederhananya
kira-kira. Apalagi pada salah satu baris syairnya, Spice Girls mengungkapkan Felt
like my saviour, my spirit I gave you, yang artinya, ‘Terasa seperti
penyelamatku, jiwaku kuberikan padamu’.
Anggap
saja tafsirnya begini, jiwa dan ragaku dalam bentuk mendrible bola hingga
membawanya sampai ke mulut gawang kuberikan dan kuserahkan semunya kepadamu.
Bahkan sanksi dan peraturan yang kau buat, kami patuhi sebagai wadah sepak bola
kami. Bahkan, sering juga diantara kami yang tetiba tergeletak di tengah
lapangan, semula dikerubungi, lalu dipapah, kemudian dilarikan ke rumah sakit,
selanjutnya dikabarkan meninggal karena serangan jantung. Problem akut yang
dialami sebagian pesepak bola di dunia.
Akhirnya,
sampai juga ke FIFA, bro. Tak banyak yang ingin saya urai. Kini wadah yang
merajai klub-klub sepak bola di dunia itu sedang diguncang prahara. Dengan
dinamika organisasi yang terlihat matang dan mapan, saya awalnya tidak berkaca
diri kepada FIFA yang mewadahi PSSI. Karena PSSI terlalu ‘kotor’ untuk
dibandingkan dengan FIFA yang terlihat elegan, meski tertatih-tatih melihat
Presidennya telah berumur hampir 80 tahun dan menahkodai FIFA selama 17 tahun.
Ternyata
usaha reflektifku salah. Kini sebanyak 7 pejabat teras FIFA tertangkap tangan
melakukan suap dan korupsi. Memang, hal ini bukan sesuatu yang luar biasa dalam
pikiranku. Tetapi menjadi ‘emezing’ jika kita tautkan ke dalam kasus bobroknya
sepak bola di Indonesia. Memiliki pemain berbakat, tetapi nihil prestasi. Kita
memang tidak pernah tahu apa yang terjadi di balik sana. Namun kita juga bisa
memahami, bahwa pemain-pemain Timnas Indonesia seakan ‘dipaksa’ menang dan
juara ketika kompetisi di dalamnya tidak mengindahkan menang dan kalah secara
sportif.
Apakah
buah jatuh tidak jauh dari pohonnya? Apakah kelakukan anak tidak jauh dari
bapaknya? Atau jangan-jangan kelakuan FIFA tersebut menjadi semacam virus yang dari
dulu ikut andil menularkan kebobrokan penyakitnya kepada PSSI? Entahlah. Yang
jelas, sama-sama belajar menjadi ‘bajingan’ jadi kemungkinan besar, bukan?
Lantas, apakah korelasi antara ketiga kata di atas? Tak ada. Yang ada hanyalah rumusan variabel tunggal, yakni Wadah! Hehe.....
Jakarta,
29 Mei 2015
Klik Disini Untuk Membuka EmoticonTutup Lagi