Oleh: Fathoni Ahmad
“Bagaimana istrimu? Sudah ngisi belum?” Itulah pertanyaan yang terus diulang-ulang oleh banyak orang disekitarku. Pasar, kantor hingga kampus. Saking seringnya, pertanyaan itu mengalahkan kalimat dzikir karena terus terngiang di telingaku. “Belum, mohon doanya aja,” jawabku datar-datar saja menanggapi pertanyaan yang seolah deras mengalir seperti tagar #SaveHajiLulung yang bertengger diurutan teratas selama 3 hari menjadi artis dunia di twitter. Rekor dunia sebagai tagar terlama.
Hamdan syukron lillah, setelah menunggu selama 6 bulan lamanya sejak pernikahanku dengan Ummi Khoirunnisa, 12 Agustus 2014 lalu, akhirnya istriku hamil juga. Tentu sebagai seorang suami menjadi kebahagiaan tersendiri, karena datangnya si buah hati adalah harapan setiap pasangan suami istri. Tanpa harus menghindari pertanyaan yang sama yang buntutnya pasti ‘ngledek’. Karena sesungguhnya perhatian mereka dengan mau bertanya adalah potensi bagiku untuk meminta doa. Maklum bro, aku salah satu orang yang yakin doa kalian pasti terkabul oleh Tuhan kita.
Sebelumnya, istriku sempat beberapa kali telat haid. Tiap kali mendengar belum haid padahal sudah waktunya, aku ‘meriding disco’, sementara bahagia, karena aku berhasil membuahi telurnya. Namun ternyata, itu bertahan hanya 1 samapi 2 hari saja. Sampai akhirnya, telat haid pun datang kembali pada akhir Februari 2015 lalu. Hipotesisku, kali ini hamil. Tapi perlu menunggu dan dibuktikan. Macam penelitian ilmiah saja.
1 sampai 2 minggu istriku belum haid juga, akhirnya aku bareng dia membeli Tespek di sebuah apotik ‘terkemuka’ tanggal 8 Maret 2015. Tetapi dia melakukan tes esok harinya, 9 Maret 2015. Dalam melakukan tes, kami harus benar-benar melakukannya agar sesuai prosedur yang ada. Jika tidak, tes akan gagal. Anggap saja untuk meneguhkan mental ilmiah kami. Aku bukan berpikiran jika tes gagal, lantas hamil juga gagal, tetapi ya...gitu. Bayangkan bro, regulasi seperti batang Tespek tidak boleh dipegang di bagian bawah strip, harus disimpen pada suhu 4-300 C, kemudian urine bisa di tes hanya saat sudah mencapai tak kurang dari 4 jam di kandung kemih.
Setelah melalui prosedur-prosedur ‘ilmiah’ di atas, istriku berhasil melakukan tes melalui Tespek. Maksudku berhasil di sini, terlihat dua garis merah yang menandakan bahwa dia positif hamil. Menurut informasi, kebenaran Tespek hanya mencapai 99%. Dengan data tersebut, aku berusaha melakukan ‘triangulasi’ (macam penelitian skripsi aja) tes ke Puskesmas. Tujuannya untuk memastikan yang 1% itu bro.
Kebetulan Puskesmas langganan istriku di Puskesmas Kecamatan Senen Jakarta Pusat di Jalan Kramat VII. Aku mengantarkan istriku ke tempat tersebut tanggal 11 Maret 2015 pagi sambil berangkat ke kantor. Karena antrian banyak, istriku sepakat aku berangkat duluan ke kantor. Setelah beberapa jam, aku ditelpon kembali untuk menjemputnya tanpa bertanya bagaimana hasilnya, berbanding lurus dengan Tespek atau meliuk-liuk seperti Akordion. Sengaja tak kutanya sebagai semacam self-surprise aja. Tentunya ditambah kejutan dari dia, sehingga dobel rasa bahagianya.
Alhamdulillah, tes laboratorium Puskesmas Kecamatan Senen menyatakan bahwa istriku positif hamil. Tetapi dokter menyarankan untuk kembali periksa lagi esok harinya dengan didampingi suami. Kata istriku, dokter ingin melihat aku, suaminya. Tentu dengan nada berkelakar bro. Tentunya, seorang suami harus siap mendampingi istrinya dalam keadaan apapun. Selamat istriku, selamat buat aku sendiri, aku akan selalu menjagamu. Semoga dirimu dan janin darah dagingku selalu sehat, baik dan normal hingga waktu lahir nanti. Matur nuwun untuk semua atas doanya... (*)
Jakarta, 11 Maret 2015
Klik Disini Untuk Membuka EmoticonTutup Lagi